Pengakuan Korban Selamat dari Sambaran Petir yang Tewaskan 4 Orang
Liputan6.com, Konawe Selatan – Badai petir di Desa Tolutu Desa, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan merenggut nyawa 4 petani yang sedang memanen padi. Keempatnya tewas di TKP usai tiga kali disambar petir secara beruntun Sabtu, 17 Maret 2018 sekitar pukul 12.10 Wita. Diberitakan sebelumnya, korban tewas hanya tiga orang. Namun ternyata ada empat orang yang tewas di lokasi kejadian yang salah satunya merupakan istri pemilik sawah.
Keempatnya yakni, Askap (48), Tare (42), Hasni (40), dan Ningsih (35). Ningsih diketahui merupakan istri dari pemilik sawah yang padinya sedang dipanen ketiga korban tewas bersama enam orang korban luka-luka lainnya. Salah seorang korban selamat, Pui (39) mengisahkan, ada tiga kali sambaran petir saat kejadian. Pui yang saat ini masih tampak trauma bercerita, petir itu tiba-tiba menyambar orang-orang yang sedang asyik memotong padi.
“Ada tiga kali sambaran petir, seingat saya. Pertama kilatan cahaya, lalu bunyi keras tiga kali,” ujarnya, Minggu, 18 Maret 2018. Dentuman petir hanya berjarak beberapa meter saja dari telinga kanan Pui. Bunyi yang demikian dahsyatnya, membuat Pui roboh seketika dan sadarkan diri. “Saya langsung tak sadar pada saat itu,” kisah Pui.
Tetapi begitu sadar, ia merasakan seluruh badannya kram dan hampir mati rasa. Beberapa bagian tubuhnya memar, diduga terpercik sambaran petir. “Telinga kanan saya belum bisa mendengar. Saya hanya mendengar pakai telinga kiri. Untung sudah minum obat, kramnya hilang,” tambah Pui.
Pui histeris ketika mengetahui tujuh orang rekannya terlihat gosong dan terluka. Saat itu, Pui bersama 7 orang korban lainnya sedang berteduh di atas pondok di tengah kebun sebelum hujan turun. Pondok tersebut dibuat setinggi 1,5 meter kayu dan beratap rumbia. Ketujuhnya yakni, Askap (48), Hasni (40), Leman (18), Ali Aedin (43), Muryati (41), Mira dan Martina. Askap dan Hasni, tewas tersambar petir dengan luka bakar.
Dua orang korban tewas lainnya, Tare (42) dan Ningsih (35) berteduh di bawah kolong pondok. Keduanya tewas dengan kondisi tubuh menghitam akibat sambaran petir. Di wilayah desa yang sama, pernah ada salah seorang warga yang tersambar petir beberapa tahun sebelumnya. Tidak diingat oleh warga tahun kejadiannya, namun masih tersimpan detik-detik pria yang kini berusia sekitar 25 tahun itu selamat usai dua kali disambar petir.
“Namanya Justang (25), dia dua kali disambar pada waktu yang berbeda,” ujar Sidik, salah satu anggota Korps Manggala Agni Kabupaten Konawe Selatan, Minggu (18/3/2018). Diceritakan Sidik, Justang disambar petir sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda. Pemuda tersebut saat itu bekerja sebagai buruh tani yang dipakai jasanya oleh pemilik sawah untuk membabat rumput atau memanen padi.
“Sebelumnya dia pernah disambar petir beberapa tahun lalu, terakhir sekitar 2012 lalu, dia disambar petir lagi,” ujar Sidik. Namun, dari dua kali sambaran petir, Justang (25) tidak tewas dan berhasil selamat. Justang hanya mengalami keram dan luka-luka usai insiden tersebut. “Sekarang dia sudah punya sawah, dia sehat sehat saja dan kadang masih main sepakbola sama kami,” ujar Sidik.
Wakil Bupati Konawe Selatan, Arsalim, mengunjungi 3 korban tewas akibat Sambaran petir di wilayah yang dipimpinnya. Pihaknya menyatakan, akan membantu dengan memberikan santunan bagi keluarga yang ditinggalkan. “Kami prihatin, namun ini takdir yang tak bisa dihindari. Kepada keluarga, dala beberapa hari ke depan kami akan datangi dan memberikan santunan,” ujar Arsalim, Minggu (18/3/2018).
Pihaknya juga meminta kepada pihak keluarga agar segera melapor kepada pemerintah Kabupaten Konawe Selatan jika tiga korban tewas memiliki utang piutang. “Yang masih di dalam perawatan, Pemda juga akan bantu perawatan mereka yang terkena musibah ini,” ujar Arsalim.
Sumber : http://www.liputan6.com
Editor : ahmad akbar fua